Bloomberg melaporkan bahwa harga minyak mentah mengalami kenaikan dan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 2 bulan terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh tanda-tanda penurunan signifikan dalam persediaan minyak mentah di Amerika Serikat.
Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik di atas US$83 per barel setelah mengalami penurunan moderat pada hari Selasa. Sementara itu, minyak Brent ditutup di atas US$86 per barel.
American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah menyusut 9,2 juta barel minggu lalu, menurut sumber yang mengetahui data tersebut.
Jika angka ini dikonfirmasi dalam laporan resmi yang akan dirilis pada Rabu, 3 Juli 2024, maka ini akan menjadi penurunan terbesar dalam jumlah barel sejak Januari tahun ini.
Secara keseluruhan, harga minyak mentah tetap jauh lebih tinggi pada tahun ini. Kontrak berjangka minyak didukung oleh sentimen “risk-on” yang lebih luas di pasar ekuitas, di mana indeks acuan AS S&P 500 mencapai rekor demi rekor.
Kekhawatiran terhadap potensi musim badai yang aktif juga turut mendukung kenaikan harga. Pasar opsi mencerminkan optimisme tersebut, dengan opsi beli (call option) sekali lagi memiliki premi yang langka dibandingkan dengan opsi jual (put option).***
Related Posts
Sekali Angkut 10 Ribu Meter Kubik, 2 Kapal Singapura Tertangkap Curi Pasir Laut Indonesia di Perairan Batam
Sasar Pasar Internasional Scoot Airlines Buka Rute Singapura-Pekanbaru-Singapura
7 Oktober Ditetapkan Sebagai Hari Pahlawan Palestina
Filipina Larang Impor Unggas dari Australia Akibat Wabah Flu Burung
PBB Gelar Voting, Palestina Raih Dukungan Mayoritas untuk Keanggotaan Penuh
No Responses