Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS melemah pada perdagangan Senin setelah data PCE Deflator Amerika Serikat (AS) menunjukkan perkembangan disinflasi yang stagnan di AS.
Pada awal perdagangan, rupiah turun 30 poin atau 0,19 persen menjadi Rp16.240 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.210 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa PCE Deflator AS naik ke level 2,7 persen year on year (yoy) dari 2,5 persen yoy, melebihi ekspektasi 2,6 persen yoy.
Selain itu, data PCE Deflator yang meningkat didorong oleh PCE Core Deflator yang mencapai 2,7 persen yoy, lebih tinggi dari estimasi sebesar 2,6 persen yoy.
Perkembangan disinflasi yang cenderung melambat, menurut data PCE Deflator, mendukung ekspektasi bank sentral AS atau The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Saat ini, pasar hanya memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada tahun 2024.
Pada pekan ini, The Fed akan mengadakan pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) pada 30 April 2024 dan 1 Mei-24 Mei 2024.
Investor akan menunggu untuk melihat lebih banyak petunjuk dan sinyal kebijakan moneter The Fed untuk tahun 2024.
Josua memprediksi pada perdagangan hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.175 per dolar AS hingga Rp16.275 per dolar AS.
sumber : Antara
Related Posts
Harga CPO Menguat di Tengah Pelemahan Ringgit, Berikut Penjelasannya
Harga CPO Hari Ini Makin Tertekan Akibat Sentimen Lemah di Pasar Minyak Kedelai
Pemerintah Naikkan Bea Ekspor CPO untuk Biayai Mandat Biodiesel
Harga CPO Naik Tipis, Simak Penjelasannya Berikut Ini
Harga CPO Kembali Melemah di Bursa Malaysia, Tekanan Produksi dan Stok Tinggi Jadi Penyebab
No Responses