Kemauan Masyarakat Beli Tiket Pesawat Masih Belum Normal

Kemauan Masyarakat Beli Tiket Pesawat Masih Belum Normal

KEPRIMOBILE.COM – Harga tiket pesawat pada rute domestik masih dapat dikatakan lazim. Ini terlihat dari tingkat kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar tiket pesawat. Hal ini merupakan temuan penelitian yang dilakukan oleh BUMN Research Group (BRG), unit independen di bawah LM FEB UI. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 9 rute penerbangan tersibuk di Indonesia yang menggunakan layanan penerbangan dalam 4 bulan terakhir. Adapun total jumlah responden sebanyak 630 orang. Arza Prameswara, Peneliti BRG LMUI, menyebutkan penelitian ini berfokus pada analisis Affordability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) penumpang angkutan udara.

“Dari hasil kajian ini diketahui bahwa secara umum ATP dan WTP untuk angkutan udara di Indonesia relatif serupa berada di kisaran Rp 1 juta – Rp 1,5 juta. Artinya kemampuan daya beli penumpang dengan perceived benefit cukup sejalan,” kata Arza dalam pernyataannya. Beberapa rute utama dalam kajian ini, seperti Jakarta-Surabaya, Jakarta-Denpasar, dan Jakarta-Yogyakarta memiliki rentang tarif yang ditawarkan oleh maskapai masih berada di rentang ATP dan WTP konsumen. “Namun, seperti halnya yang sering diberitakan selama ini dimana harga tiket untuk rute Jakarta-Medan dirasa mahal juga terbukti pada survei ini. Terdapat kesenjangan antara kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk membeli,” terang Arza.

Dalam hasil riset disebutkan pula kesediaan masyarakat untuk membeli tiket berada pada kisaran Rp 1 juta-Rp 1,5 juta. Adapun harga tiket yang berlaku di rentang harga Rp 1 juta- Rp 2,8 juta. Hal ini kemudian mendorong fenomena beralihnya konsumen menggunakan maskapai asing dengan penerbangan transit internasional. “Kondisi tersebut sesuai dengan 21 persen responden yang menyatakan kesediaan untuk memilih penerbangan transit,” jelas Arza. Dalam kesempatan yang sama, Managing Director LM FEB UI Toto Pranoto menjelaskan, mahalnya tiket penerbangan domestik perlu diantisipasi dengan cepat karena menjadi celah bagi maskapai asing untuk melakukan penetrasi di pasar Indonesia.

Isu beralihnya penumpang ke maskapai asing terlihat pada rute Jakarta-Medan melalui transit Kuala Lumpur. “Dari hasil survei, kesediaan penumpang untuk transit jika terbang dengan maskapai asing (rute Jakarta-Medan) yang cukup lama, antara 3-3,5 jam,” ucap Toto. Implikasi lain dari kenaikan harga tiket adalah pergeseran penumpang pesawat ke angkutan darat. Baca juga: Ombudsman: Pemerintah Lamban Antisipasi Kenaikan Harga Tiket Pesawat Meski ada masalah inefisiensi pengelolaan maskapai yang membuat harga tiket meningkat, Toto berpendapat penetapan harga tiket pesawat tidak bisa dipandang sebagai suatu kebijakan secara umum, melainkan spesifik untuk masing-masing rute. Oleh karena itu, menurutnya pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal dalam penentuan batas tarif pesawat, antara lain: aspek efisiensi maskapai, persaingan maskapai dalam dan luar negeri, alternatif transport, karakteristik rute serta dampak perekonomian daerah.(Kompas.com)

468x60

No Responses

Leave a Reply